TUTORIAL GRATIS CARI DUIT DI INTERNET

adalah Majalah Blog Untuk Pendidikan bagaimana Menghasilkan uang diinternet juga melayani jual beli Paypal Alertpay LibertyReserve dan Deposit Pulsa

KAMPUNGKU YANG INDAH

KAMPUNGKU YANG INDAH
Jaya Guna 2 Gunung Sugih.. Q dilahirkan

Jumat, 23 Oktober 2009

MENGHIDUPKAN HATI NURANI

DIANTARA kalimat yang paling sering kita dengar adalah “hati nurani”. Tuntutan meng-aktualisasi-kan nilai-nilai dari hati nurani semakin bergema saat hukum jauh dari nilai-nilai keadilan karena hanya sekedar berperan sebagai teknologi undang-undang yang tidak mampu membawa bangsa dan negara ini kearah kehidupan yang lebih tertur, tertib, aman dan tenteram. Saat kemaksiatan semakin merajalela, saat ekonomi belum juga mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat, Karena ia hanya menjadi eksploitasi bisnis demi keuntungan pribadi dan kelompok. Ketika kemiskinan dan kesejahteraan hanya menjadi bahan seminar dan diskusi karena belum mampu melahirkan sikap keberpihakan pada rakyat yang menderita.
Politik sangat jauh dari aspirasi rakyat, bahkan sebaliknya politik adalah teknologi memanipulasi. Lembaga-lembaga politik seperti DPR dan MPR tak lebih dari karikatur demokrasi yang lebih sibuk dengan urusan internal dari pada mendengar aspirasi rakyat. Kasus-kasus korupsi yang menimpa negeri ini adalah bagian dari fenomena telah lemahnya nurani.

Tidak dapat di pungkiri, semua krisis dan masalah ini bermuara pada matinya “hati nurani kita” sebagai anggota masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, semua harus merasa berkewajiban untuk menghibau dan mengajak untuk menghidupkan hati nurani. Namun masalahnya menghidupkan hati nurani bukan seperti menghidupkan bola lampu yang cukup dengan menekan saklar atau menghidupkan lilin yang cukup dengan korek api.

Kenyataannya, walaupun sudah banyak yang menghimbau dan mengajak untuk menghidupkan hati nurani, mulai dari rakyat kecil menghimbau dengan berbagi deritanya, para aktivis dakwah dengan aneka taujih dan tausyiahnya, mahasiswa dengan gerakan moralnya sampai dengan politisi dan presiden, gubernur, ataupun bupati yang menghimbau dengan bahasa pidato yang mugkin sangat indah didengar namun jauh dari kesungguhannya. Realitanya, belum ada perubahan yang segnifikan dalam kehidupan kita. Mungkin masalahnya, ketidaktauan kita tentang apa hati nurani itu sebenarnya?

Dalam teminologi Arab, nurani disebut dengan dhamir, istilah dhamir ini di pahami sebagai perasaan kejiwaan yang berperan aktif dalam diri sebagai pengontrol(provost), yang memerintah untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan, ketika dirim dalam kebaikan dan sebalik nya akan melahirkan rasa sedih, dan tertekan bila diri dalam kemungkaran dan kejelekan.

Ketika kita berbohong dengan orang lain misalnya, bisa jadi manusia tidak pernah tahu tentang kebohongn kita tetapi nurani(dhamir) kita yang hidup akan melahirkan perasaan bersalah dan tertekan karena dosa tersebut. Rasulullah Saw mendefiniskan dosa sebagai sesuatu yang akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan tertekan dalam hati. Di samping itu, pelakunya tidak menyukai orang lain tahu perbuatan tersebut Artinya, nurani kita akan menolak saat kita hendak melakukan perbuatan dosa sekecil apapun.

Nurani merupakan standar sah dalam diri kita menilai kebenaran keotentikan hidup kita. Rasulullah Saw bersabda, “Mintalah fatwa dari hati nurani kita, kebenaran adalah apabila nurani dan jiwamu tenang terhadapnya sementara dosa apabila hati mu gelisah,” (HR.Ahmad ). Ini tentunya terjadi apabila nurani (dhamir) kita hidup dan sehat.

Dhamir berada dalam ruang spiritual, kematian nurani merupakan krisis spiritual. Beberapa ahli psikologi menyebutkan fenomena ini dengan beberapa istilah, seperti spritual alienation (keengganan spirtual), spiritual illiness(penyakit hati), spiritual emergency(krisis spritul). Krisis spritual berlanjut pada eksistensi diri sebagaimana disebut Carl Gustav Jung sebagai existensial liness (krisis eksistensi). Semua ini bermuara pada semakin lemahnya kecendrungan dan kemampuan manusia dalam mengenal Tuhannya dengan segala perintah dan laranganNya. Dalam bahasa sederhana, bisa dikatakan sebagai proses lemahnya iman kepada Tuhan. Inilah sebenarnya pemasalahan kita semua yang telah melahirkan berbagai krisis. Dan kita harus sadar, bahwa segala krisis baik dalam bidang ekonomi, makanan, lingkungan, maupun krisis kesehatan, sebenarnya timbul dari krisis spiritual dan krisis kita terhadap Tuhan.

Pelangagaran terhadap nilai-nilai Islam yang telah semakin parah memasuki semua lini kehidupan masyarakat kita juga merupakan salah satu konsekuensi logis dari matinya hati nurani. Mulai dari kasus-kasus pelenggaran syari’at yang dilakoni oleh rakyat kecil, sampai kasus-kasus besar yang diperankan oleh para elit dan intelektual kita. Kasus-kasus khalwat, maisir, perzinaan semakin hari semakin akrab saja ditelinga kita, budaya pacaran yang semakin merajalela dan meresahkan, raut wajah para pelakunya pun seolah tidak ada perasaan bersalah sedikitpun, lebih miris lagi karena drama-drama itu diperankan didepan khlayak ramai tanpa rasa malu sedikitpun, tak ubahnya Aceh kita seperti Texas-nya amerika. Dan kondisi ini sungguh sangat ironis dengan status Nanggroe Aceh sebagai serambi Mekkah dan Nanggroe Syari’at yang dihuni oleh mayoritas umat Islam dengan ribuan intelektual Islam-nya.

Kita juga disuguhkan dengan berita bobolnya kas Aceh utara sebanyak RM 20 M (Serambi Indonesia, 22/5/2008), kasda Bireuen sebesar Rp 8,8 M lebih (Modus Aceh, Mei 2009), dana hibah paska banjir 2008 dari Menko Kesra RM 16 M raib tidak masuk ke kas Pemda Aceh Timur, sampai akhirnya realisasi APBA 2008 yang hanya 67,21 persen. Uang rakyat, yang merupakan amanah untuk memakmurkan rakyat, sia-sia dan tidak berhasil dioptimalkan dengan sempurna. Malah kita mendengar uang sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa) APBK Aceh Utara didepositokan di Bank Mandiri di Jakarta untuk mendapat bunga (yang merupakan riba dan haram dalam Islam). Semua ini adalah gejala matinya hati nurani.

Iman adalah kata kunci dalam setiap permasalahan nurani dan spritualitas. Karena iman bagi spritualitas adalah ibarat air bagi tanaman. Sementara spirtualitas yang sehat dengan iman yang kuat dan benar akan menghidupkan nurani. Untuk itu, menghidupkan nurani harus dengan menghidupkan keimanan kita kepada Allah dalam diri kita. Orang beriman adalah orang yang hidup hati nuraninya. Rasulullah Saw ketika ditanya, “Apabila engkau merasa bersalah dengan perbuatan dosamu dan merasa senang dengan perbuatan baikmu, maka kamu seorang mukmin(beriman).” (HR. Ahmad). Jadi, imanlah yang menjadi sumber kepekaan nurani kita. Nurani yang hidup adalah nurani yang beriman kepada Allah. Yaitu iman kepada Allah sebagai Tuhan yang disembah, ditaati, diaptuhi sekaligus ditakuti siksanya dan diharap surgaNya. Bukan sekadar mengimani bahwa Tuhan itu ada. Iman yang seperti ini – yaitu patuh pada tuntutan Allah dan RasulNya – akan menjadi pengontrol efektif bagi diri kita. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila Allah mencintai seseorang hamba, Dia menjadikan baginya pemberi nasehat dari jiwanya dan pengingat dari hatinya yang memerintahnya dan melarangnya.” (HR. Ahmad). Itulah nurani yang hidup dengan iman.

Iman akan tetap terjaga dalam hati dengan menghidupkan rasa muraqabatullah (perasaan selalu diawasi Allah). Sebuah rasa yang lahir dari keyakinan bahwa tidak ada satupun di alam semesta ini yang luput dari ilmu Allah. “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi?. Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tidak ada (pembicaraan antara) lima orang melainkan Dia-lah yang keenam.” (QS.Al-Mujaadalah: 7). Muraqabatullah ini selanjutnya akan efektif mengontrol perbuatan kita. Orang yang mempunyai nurani yang hidup dengan imannya bukanlah orang suci yang tidak pernah terbetik dalam hati niat salah atau jahat. Tetapi orang yang mempunyai pengontrol yang bisa menjauhkan dirinya dari kejatuhan dalam lembah dosa. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau zalim, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosanya dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa mereka sedang mereka mngetahui,” (QS. Ali-Imran: 135). Wallahu a’lam bish-shawab. T. Zulkhairi | Peminat masalah Sosial dan Keagamaan, tinggal di Matangkuli Aceh Utara.

0 komentar:

Posting Komentar

KHUSUS LAGU

SAAT LANJUT USIA (SHELA ON SEVEN) MP3

  © Blogger template PingooIgloo by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP